Inalilahiwainalilahirojun...
Hidup ini memang nggak bisa diprediksi men, dua hari yang
lalu Pastor Yanto datang ke pastoran Pusat Damai, tempat dimana saya hidup
berkomunitas selama dua minggu, beliau membawa kabar bahwa kakek sepupu saya, kakek Jaelani yang
tinggal di Sanggau meninggal dunia.
Dua hari kemudian, saat saya duduk di
samping gereja menunggu semua anak asrama putri masuk ke dalam gereja untuk
misa pagi, pukul 05:15 Pastor Fritz Budmiger mendekati saya, ia mengabarkan
kakek dalam persaudaraan Kapusin, Pastor Ewald Beck, OFMCap baru saja meninggal
5 menit yang lalu...
kembali ke komunitas Postulat, kurang dari seminggu
setelah kematian Pater Ewald, ketika saya sedang kerja tangan membersihkan
lingkungan sebelah kapel, Sdr. Teddy memanggil saya, Diakon Kristian mau bicara
dengan saya, Diakon menyampaikan pesan dari Pastor Yanto bahwa bibi saya, istri
dari abang ayah saya meninggal dunia.
Sehari kemudian ketika ibadat harian kami
terkejut ketika Pastor Egidius mendoakan ayah dari saudara kami Pastor
Maximilian yang baru saja meninggal dunia pagi itu.
Berselang beberapa hari
kemudian, ada lagi seorang kakek dekat komplek kami yang meninggal dunia.
Hari
berikutnya meninggal pula Mgr Yohanes , Uskup Agung Semarang.
Beberapa hari
berikut lagi P. Martin Joni Minggulius, OFMCap juga Pak Amir
Berefleksi dari “kematian beruntun” yang baru terjadi ini,
saya mulai menyadari bahwa hidup itu tidak bisa kita prediksi, hidup manusia
itu dari Tuhan, oleh Tuhan dan hendaknya untuk Tuhan.
ENTAH KENAPA BULAN NOVEMBER INI BANYAK YANG PERGI, bulan arwah??
Manusia hidup memang untuk mati, tapi masalahnya.... apa
yang sudah kamu buat selama hidup ???