Bahasa adalah medium
komunikasi utama bagi umat manusia, menurut KBBI “Bahasa” adalah sistem lambang
bunyi berartikulasi (yg dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat
sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk
melahirkan perasaan dan pikiran[1],
diperkirakan ada lebih dari 6.909 bahasa berbeda dituturkan di seluruh dunia (lihat tabel)[2].
Demikianlah bahasa menjadi suatu produk manusia yang paling besar, sehingga
manusia mampu berkomunikasi, mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaannya
melalui suara (lisan) ataupun simbol (tulisan).
Tabel: Jumlah bahasa di dunia |
Pada dasarnya bahasa (yang merupakan medium komunikasi)
adalah suatu kesepakatan komunikasi antar manusia dalam kelompok tertentu,
sehingga bisa dimaklumi bahwa setiap manusia di daerah tertentu menggunakan
bahasa yang tidak sama, hal ini dikarenakan perbedaan kesepakatan leluhur
dahulu terkait bahasa.
Perbedaan bahasa ini kerapkali menjadi salah satu
penghalang bagi kelompok manusia untuk berkomunikasi, karena seseorang
pendatang dari belahan lain bumi harus mempelajari bahasa yang digunakan di
wilayah setempat. Bagaimana kalau seandainya manusia bersepakat menggunakan
bahasa yang sama di seluruh bumi ?, tentu hal ini mustahil mengingat sifat
manusia yang tentu akan memaksa orang lain untuk menggunakan bahasanya sebagai
bahasa dunia itu, satu-satunya cara yang memungkinkan (daripada memilih salah
satu bahasa) adalah menciptakan bahasa yang baru, suatu bahasa buatan (artificial language). Usaha ini sudah
pernah dilakukan beberapa kali, salah satu yang paling berhasil adalah Bahasa
Esperanto, sebuah bahasa buatan yang diciptakan oleh Dr. Ludwig Lazarus
Zamenhof [3]
asal Jerman, pada awalnya bahasa Esperanto dibuat untuk menyatukan bahasa
orang-orang Jerman pada masa perang dunia kedua, sampai saat ini bahasa
Esperanto sudah dikuasai oleh banyak orang diseluruh dunia, meski demikian jumlah
orang yang menguasai bahasa ini masih sangat jauh dari separuh penduduk dunia
saat ini.
Berbeda dengan bahasa, usaha untuk membantu dan
menyatukan cara menulis (aksara) bagi manusia yang mengalami keterbatasan fisik
dalam kemampuan melihat berhasil dilakukan oleh huruf Braille (huruf timbul,
diciptakan oleh Louis Braille), meskipun huruf Braille hanya mampu menuliskan
abjad Latin saja. Demikian pula bagi manusia yang mengalami keterbatasan dalam
mendengar dan berbicara, diperkenalkan alternatif berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat, menggunakan gerak tangan.
Sebetulnya kita selama ini pula sudah menggunakan sebuah
bahasa buatan, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia meskipun dasarnya
adalah bahasa melayu, sesungguhnya adalah perpaduan dari berbagai bahasa di
dunia, sebut saja bahasa : Sansekerta, Belanda, Inggris, Latin, China Hokkian,
bahasa-bahasa daerah dan berbagai bahasa lain yang kemudian dimodifikasi dan
dipadukan dengan bahasa Melayu, hingga akhirnya jadilah bahasa Indonesia yang
kita kenal sekarang.
Apabila kita berpikir lebih lanjut, Bahasa Indonesia
ini mungkin cocok apabila dijadikan sebagai bahasa dunia seperti yang
disinggung dalam awal tulisan ini. Sudah dibuktikan Bahasa Indonesia berhasil
menjadi bahasa persatuan di seluruh Nusantara yang notabene adalah negara
dengan banyak pulau, suku dan tentunya bahasa daerah.
Bahasa Indonesia pula pernah diusulkan sebagai
bahasa resmi ASEAN (Association of South
East Asia Nation) melihat tingginya minat masyarakat Asia Tenggara
mempelajari bahasa Indonesia, bahasa Indonesia juga merupakan salah satu mata
pelajaran wajib di beberapa sekolah dasar di Australia, bahkan Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa
resmi ke-3 di negara Vietnam.
Bahasa Indonesia memang relatif sederhana dan mudah
dipelajari, bahasa Indonesia tidak memiliki banyak perubahan akhiran untuk
membedakan waktu seperti tenses dalam
bahasa Inggris, tidak membedakan kata benda berdasarkan gender (maskulin,
netral, feminim) seperti bahasa Latin dan bahasa turunannya, dan menggunakan
aksara Latin yang notabene dikuasai sebagian besar masyarakat dunia. Yang
sedikit menyulitkan mungkin hanya bahwa bahasa Indonesia memiliki pen-diksi-an
yang terlalu banyak, terlalu banyak kata yang bersinonim, tapi toh itu bukan
masalah besar.
Ironis sekali bahwa dibalik besarnya potensi Bahasa
Indonesia ini, masih banyak masyarakat yang belum bangga berbahasa Indonesia,
seringkali kita temukan masyarakat, terutama dari kalangan muda yang lebih
bangga, lebih percaya diri dan merasa lebih keren kalau menggunakan bahasa
asing, menguasai bahasa asing memang perlu tetapi bahasa Indonesia mutlak
prioritas utama. Seringkali kita temukan anak-anak Indonesia yang bersekolah di
sekolah internasional sangat fasih berbahasa Inggris namun gagap bicara dalam
bahasa Indonesia, hal ini karena dilingkungan tempat tinggal dan di rumah
bersama orang-tua sehari-hari mereka
juga menggunakan bahasa Inggris. Demikian pula kita temukan dalam banyak marka
jalan di mall kota-kota besar
sebagian besar marka menggunakan istilah-istilah Inggris.
Baru-baru ini juga pemerintah menghapus aturan yang
mengharuskan tenaga kerja asing di Indonesia untuk menguasai dahulu bahasa
Indonesia sebelum mendapatkan izin kerja, keputusan pemerintah ini tentu sangat
tidak menguntungkan mengingat pertukaran tenaga kerja tentunya juga terkait
dengan pertukaran budaya, dengan demikian tenaga kerja asing di Indonesia belum
tentu akan mempelajari bahasa Indonesia, kecuali lingkungan pergaulan dan
tempat tinggal mereka memaksa demikian.
Belum lagi fakta bahwa tidaklah gampang mencari
tempat kursus bahasa Indonesia di luar negeri, demikian juga belum ada
kejelasan mengenai lembaga terstandar yang menguji kemampuan bahasa Indonesia
bagi penutur asing.
Nah, sekarang kalau memang kita mau bahasa kita yang
tercinta ini menjadi suatu bahasa Internasional, perlu dukungan dan usaha dari
pemerintah dan rakyat Indonesia, memang masih banyak hal yang mesti dibenahi,
tidak harus melalui hal-hal besar, tapi bisa dimulai dari diri kita sendiri,
mari mulai mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
mulai dari saat ini juga.
[1] Tim Penyusun, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1988, Balai Pustaka:Jakarta
[2] Data dari The Ethnologue
Organization, belum termasuk bahasa yang tidak terdaftar
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Esperanto
* Artikel ini pernah penulis pakai sebagai tugas mata kuliah Logika & Bahasa, dipublikasikan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda